The Tradition of Traditional Marriage of Pandhebeh from the Perspective of Muhammadiyah and NU: A Study in Tapen, Bondowoso
DOI:
https://doi.org/10.58824/mediasas.v8i2.316Keywords:
Rokat Pandhebeh, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Maqashid al-Shari’ah, Religious TraditionAbstract
The Rokat Pandhebeh tradition represents a cultural practice that has developed within society and possesses a complex religious dimension. However, the absence of explicit legal foundations in Islam regarding this tradition has led to differing perspectives among religious organizations, particularly Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama (NU). This study aims to analyze the perspectives of both organizations on Rokat Pandhebeh within the framework of maqashid al-shari’ah, focusing on its permissibility, benefits, and limitations. This research employs a qualitative descriptive method with a case study approach. Data were collected through in-depth interviews with Muhammadiyah and NU scholars, as well as an analysis of relevant Islamic literature. The findings reveal that Muhammadiyah scholars generally regard Rokat Pandhebeh as mubah (permissible) as long as it does not contain prohibited elements, such as extravagance or polytheistic practices. This tradition may be observed provided that it does not impose a financial burden on the organizers. From the perspective of maqashid al-shari’ah, this tradition can be categorized under the objective of wealth protection (muhafazah al-mal). Conversely, NU scholars classify Rokat Pandhebeh under al-hajiyyah, a secondary necessity that plays a role in maintaining social and religious balance. This tradition aligns with the five fundamental aspects of maqashid al-shari’ah, namely the protection of religion (muhafazah al-din), life (muhafazah al-nafs), intellect (muhafazah al-‘aql), lineage (muhafazah al-nasl), and wealth (muhafazah al-mal). However, NU emphasizes the importance of caution to ensure that the practice does not lead to elements contradicting Islamic beliefs. Thus, the differing views between Muhammadiyah and NU regarding Rokat Pandhebeh reflect a contextual ijtihad approach, where social and religious benefits serve as primary considerations.
[Tradisi rokat Pandhebeh merupakan salah satu bentuk praktik budaya yang berkembang di masyarakat dan memiliki dimensi keagamaan yang cukup kompleks. Namun, belum adanya dasar hukum yang eksplisit dalam Islam mengenai tradisi ini menimbulkan perbedaan pandangan di antara organisasi keagamaan, khususnya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perspektif kedua organisasi terhadap rokat Pandhebeh dalam kerangka maqashid al-shari’ah, dengan fokus pada aspek kebolehan, manfaat, dan batasan pelaksanaannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan tokoh Muhammadiyah dan NU, serta analisis terhadap berbagai literatur keislaman yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh Muhammadiyah berpandangan bahwa rokat Pandhebeh pada dasarnya bersifat mubah (boleh) selama tidak mengandung unsur yang diharamkan, seperti pemborosan atau unsur syirik. Tradisi ini dapat dilakukan dengan catatan tidak menjadi beban finansial bagi pihak penyelenggara, sehingga dalam perspektif maqashid al-shari’ah, tradisi ini dapat dikategorikan sebagai bagian dari tujuan perlindungan terhadap harta (muhafazah al-mal). Sementara itu, tokoh NU menilai bahwa rokat Pandhebeh termasuk dalam kategori al-hajiyyah, yaitu kebutuhan sekunder yang berperan dalam menjaga keseimbangan sosial dan keagamaan. Tradisi ini memiliki relevansi dengan lima aspek utama maqashid al-shari’ah, yaitu menjaga agama (muhafazah al-din), jiwa (muhafazah al-nafs), akal (muhafazah al-‘aql), keturunan (muhafazah al-nasl), dan harta (muhafazah al-mal). Namun, NU menekankan pentingnya kehati-hatian agar tradisi ini tidak mengarah pada praktik yang bertentangan dengan akidah Islam. Dengan demikian, perbedaan pandangan antara Muhammadiyah dan NU dalam menyikapi rokat Pandhebeh mencerminkan pendekatan ijtihad yang kontekstual, di mana aspek kebermanfaatan sosial dan keagamaan menjadi pertimbangan utama].
Downloads
References
Journals and Books
Alputra, G. R. (2024). Tradisi Adat Nikah Semalam Pada Perkawinan Adat Tebo Jambi Perspektif Maq?sid Al-Shar?’ah Al-Shatibi. Al-Istinbath: Jurnal Ilmu Hukum Dan Hukum Keluarga Islam, 1(3), 71–80.
Budiawan, A. (2021). Tinjauan al Urf dalam prosesi perkawinan adat Melayu Riau. Jurnal An-Nahl, 8(2), 115–125.
Dahlan, M. (2020). Dialektika Norma Hukum Islam dan Adat-Budaya Dalam ParadigmaUlama Nahdlatul Ulama: Kajian Tipologis. Jurnal Islam Nusantara, 3(2), 238–262.
Firdaus, M. (2022). Hantaran Pernikahan Masyarakat Melayu Ditinjau Menurut Hukum Islam (Analisis Tradisi Hantaran Pernikahan Masyarakat Melayu Kecamatan Bantan). Tesis, UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Gegana, T. A., & Zaelani, A. Q. (2022). Pandangan urf terhadap tradisi mitu dalam pesta pernikahan adat batak. El-Izdiwaj: Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law, 3(1), 18–32.
Jauhar, A. A.-M. H. (2023). Maqashid syariah. Amzah.
Kamalia, N., Aryani, R., Hafizah, S., Patimah, S., Rafi’ah, S., & Efendy, N. (2024). Tradisi Perkawinan Adat Suku Banjar. Indonesian Journal of Islamic Jurisprudence, Economic and Legal Theory, 2(3), 1654–1670.
Kamaruddin, K. (2022). The early marriage of the Tolaki Konawe community in the perspective of critical Islamic law. Ijtihad: Jurnal Wacana Hukum Islam Dan Kemanusiaan, 22(2), 255–269. https://doi.org/10.18326/ijtihad.v22i2.255-269
Khairuddin, & Hidayah, N. (2022). NOT ONLY FOR BEAUTY BUT ALSO FOR A BETTER FUTURE: The Ritual of Potong Konde at the Wedding Reception among Muslims of Gunung Meriah Aceh. Al-Ahwal, 15(2). https://doi.org/10.14421/ahwal.2022.15208
Khairuddin, K. (2021). Review of ’ Urf towards The Ritualization of Marriage in Gunung Meriah , Aceh. Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, 19(2), 178–187. https://doi.org/10.32694/qst.v19i2.1100
Khalaf, A. W. (2003). Ilmu Ushul Fiqh Kaidah Hukum Islam. Pustaka Amani.
Kurniawan, A., & Hudafi, H. (2021). Konsep Maqashid Syariah Imam As-Syatibi dalam Kitab Al-Muwafaqat. Jurnal Al-Mabsut.
La Harisi, I., Irawan, D., & Abdullah, M. W. (2024). Renewal of Islamic Law: Comparative Study between Progressive Islamic Theory and Ijtihad Method. Al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 7(4), 732–747.
Mahbub, S., Munib, A., Wusqo, U., & Hariyadi, D. (2024). Perhitungan Bulan Dan Tanggal Baik Dalam Menentukan Pernikahan Bagi Masyarakat Pagendingan Galis Pamekasan. ASASI: Journal of Islamic Family Law, 5(1), 1–14.
Mutmainnah, M. (2021). Pandangan Ulama Terhadap Bamandi-Mandi Pengantin Pra Walimatul Al-’Ursy di Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara. Skripsi: UIN Palangkaraya.
Nisa, H., Heldaya, H., & Irliya, I. (2023). Tradisi Masyarakat Terhadap Mandi Pengantin Pra Walimatul Ursy Di Desa Padang Basar Hulu Kecamatan Amuntai Utara Kabupaten Hulu Sungai Utara. Pediaqu:Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2(4), 10664–10677. https://publisherqu.com/index.php/pediaqu/article/view/519
Saini, M. (2022). Penguatan Tradisi Aswaja An-Nahdliyah: Upaya Menangkal Gerakan Islam Transnasional. TASAMUH: Jurnal Studi Islam, 14(1), 171–187.
Suaib, S., Riswan, R., & Hasnawati, H. (2025). Dinamika Ijtihad Dalam Menjawab Tantangan Kontemporer Hukum Islam. Jurnal Intelek Insan Cendikia, 2(3), 4405–4414.
Syahid, A. (2019). Islam nusantara: Relasi agama-budaya dan tendensi kuasa ulama. Rajawali Pers.
Syahriar, A., & Hadi, S. S. (2019). Studi Tentang Tradisi Amongan Dalam Perspektif Al- ‘ Urf. ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, 6(1), 78–88.
Interview
Sawat (2022). Interview with Nahdlatul Ulama Figures, December 15.
Damiri. M (2022) Interview with Nahdlatul Ulama Figures, December 15.
Bekti. (2022). Interview with Muhammadiyah Figures, December 16.
Yusuf. (2022). Interview with Muhammadiyah Figures, December 16.
Bakir. (2022). Interview with Customary Figures, December 24.
Faylina, A. (2022). Interview with a couple performing the Pendhabeh custom, December 24.
Habibi.B.H.(2022). Interview with a couple performing the Pendhabeh custom, December 24.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Dewi Robiatul Adawiyah

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.