Disparitas Norma Nafkah Iddah dalam Kompilasi Hukum Islam: Perspektif Mashlahah Mursalah untuk Kepastian Hukum Pascaperceraian

Authors

  • Zakyyah Zakyyah Universitas Syiah Kuala, Indonesia
  • Muhammad Ridwansyah Universitas Sains Cut Nyak Dien Langsa

DOI:

https://doi.org/10.58824/mediasas.v7i2.231

Keywords:

Nafkah Iddah, Mashlahah Mursalah, Kepastian Hukum

Abstract

Iddah maintenance is a legal consequence of divorce that must be fulfilled by the husband. Article 149 KHI limits iddah alimony to the wife only when divorce occurs at the initiative of the husband (cerai talak), but if the divorce occurs at the initiative of the wife (cerai gugat) the wife is not entitled to iddah alimony. However, Article 152 KHI regulates iddah maintenance as the right of a divorced wife unless the wife is nusyuz, without classifying the form of divorce. This study aims to analyze the shar'i reasons related to articles 149 and 152 KHI based on maqasid shari'ah theory. This study is a normative type of study using KHI as primary legal material, and using reference books, journals, and research results as secondary legal material. Data analysis is done qualitatively. The results of the study show that the disparity in norms related to iddah maintenance as a post-divorce wife's right causes legal uncertainty and based on mashlahah mursalah theory, Article 152 provides more benefit. Revision of Article 149 KHI is needed to realize legal certainty in the context of the legal consequences of divorce.

[Nafkah iddah merupakan akibat hukum dari perceraian yang harus dipenuhi oleh suami. Pasal 149 KHI membatasi nafkah iddah hanya didapat oleh istri ketika terjadi perceraian atas inisiatif suami (cerai talak), namun apabila perceraian terjadi atas inisiatif istri (cerai gugat) istri tidak berhak atas nafkah iddah. Namun pada Pasal 152 KHI mengatur nafkah iddah sebagai hak istri yang diceraikan kecuali istri tersebut nusyuz, tanpa mengkhasifikasikan bentuk perceraiannya. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis alasan syar’i terkait pasal 149 dan 152 KHI berdasarkan teori maqasid syari’ah. Kajian ini merupakan jenis kajian normatif dengan menggunakan KHI sebagai bahan hukum primer, dan menggunakan buku referensi, jurnal, dan hasil penelitian sebagai bahan hukum sekunder. Analisis data dilakukan secara kualitatif. Hasil kajian menunjukkan disparitas norma terkait nafkah iddah sebagai hak istri pasca perceraian tersebut menimbulkan ketidakpastian hukum dan berdasarkan teori mashlahah mursalah, Pasal 152 lebih memberikan kemaslahatan. Revisi Pasal 149 KHI diperlukan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam konteks akibat hukum dari perceraian].

Downloads

Download data is not yet available.

References

al-Ghazali, A. H. (1997-1111 M). al-Mustasfa min 'ilm al-ushul. Beirut: Dar- al-Fikr.

al-Syatibi, A. I. (1263-1328 M). al-Muwafaqat fi Usul al-Syar'ah. Beirut: Dar-al-Kutub al-Ilmiyyah.

Ali Imron. (2016). “Memahami Konsep Perceraian dalam Hukum Keluarga”,. Jurnal Buana Gender, (1), 1, .

Ali, Z. (2008). Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Anis Sulalah, P. A. (2023). Nafkah Iddah Pasca Perceraian Perspektif Hadis (Studi Kasus di Desa Panaguan Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan). El-Nubuwwah: Jurnal Studi Hadis , Vol. 1, No. 1. , 60-87.

Anshori, A. G. (2011). Hukum Perkawinan Islam: Perspektif Fikih dan Hukum Positif. Yogyakarta: UII Press.

Anwar, S. (2003). Al-Ghazali dan Karyanya al-Mustasfa: Studi tentang paradigma istinbat hukum. Yogyakarta: Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga.

Asmawi. (2014). Konseptualisasi Teori Mashlahah. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar'i, Vol. 1, No. 2, 314.

az-Zuhaili, W. (1989). al-Fiqh al-Islam wa Adilatuhu. Damaskus: Dar al Fikr-Jilid VII.

Azizah, L. (2012). Analisis Perceraian dalam Kompilasi Hukum Islam. Jurnal Al 'Adalah, Vol. X, No. 2,, 415.

Azzam, M. (2013). Qawai'id Fiqhiyyah, Terjemahan. Jakarta: Amzah Press.

Basyir, A. A. (1999). Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press.

Bisri, C. H. (1999). Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Dahliana. (2018). Nafkah bagi bekas isteri dalam perspektfi KHI (Studi kasus Putusan No. 341/Pdt.G/2016MS.Sgi dan Putusan No. 44/Pdt.G/2017/MS-Aceh). Al-Qadha, Vol. 5, No. 2,.

Dahwadin, E. I. (2020). “Hakikat Perceraian Berdasarkan Ketentuan Hukum Islam di Indonesia”, . Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, (11), 1, .

Djazuli, A. (2011). Kaidah-Kaidah Fikih. Jakarta: Kencana Prenanda Grup.

Fikri, S. A. (2019). Contextualization of divorce through fiqh and national law in Indonesia. Al-Ulum Journal, Vol. 19, No. 1, 152.

Frence M. Wantu. (2007). “Antinomi Dalam Penegakan Hukum oleh Hakim”,. Jurnal Berkala Mimbar Hukum, (19), 3,.

Indonesia, K. P. (2021). Perkawinan Sirri dan Dampaknya. Jakarta: Indonesia Research Foundation: Sekretariat Jenderal Kemen PPP RI, .

Jalaluddin al-Din Syutuhi. (2010, h. 451.). Tafsir Jalalain, . Bandung: : Sinar Baru Algensiondo, .

Jannah, H. (2010). "Kompetensi Hukum Pemenuhan Nafkah Istri", . De Jure: Jurnal Syariah dan Hukum, Vol. 2, No. 1. , 72.

Laili Hidayatul Maghfiroh, N. F. (2024). Pemenuhan Nafkah Iddah dalam Perundangan Islam: Hak Perempuan Pasca Perceraian. Jurnal Hukum Islam: Masadir, 885-886.

Mansari, R. (2021). Peranan Hakim dalam Upaya Pencegahan Perkawinan Anak: Antara Kemaslahatan dan Kemudharatan. El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga, Vol. 4, No. 2, 329.

Miftakhul Huda, N. R. (2012). Teori Hans Kelsen tentang Hukum. Jakarta: Konstusti Press.

Nasution, K. (2004). Islam Tentang Relasi Suami dan Istri (Hukum Perkawinan). Yogyakarta: Akademia & Tazzafa.

Navila Ferdiana, M. N. (2024). Hukum rujuk talak ba'in kubra luar pengadilan perspektif Mazhab Fikih dan KHI. Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial, Vol. 12, No. 1. , 2-3.

Nevila Ferdiana, M. N. (2024). Hukum Rujuk Talak Ba'in Kubra Luar Pengadilan Perspektif Mazhab Fikih dan KHI. al-Mashlahah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial, Vol. 12, No. 1, 2.

Penyusun, T. (1999). Alasan syar'i tentang penerapan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia.

Ridwan Nurdin, M. R. (2021). Reconsidering nafaqah of family resilience during the covid-19 pandemic in Islamic legal perspective. Miqot: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 45, No. 1, 28.

Sabiq, S. (1981). Fiqh Sunnah-7. Bandung: Al-Ma'ari.

Soekanto, S. (2006). Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Suadi, A. (2020). The role of religious court in prevention underage marriage. Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 9, No. 1. , 117.

Sutrisno, F. P. (2020). “Penerapan Asas Keadilan dan Kemanfaatan Dalam Putusan Hakim”,. Gorontalo Law Review, (3), 2,

Syahin, M. A. (1999). Hasyiyah Syeikh Ibrahim al-Baijuri 'ala matan Syeikh Abi Syuja. Beirut: Dar al-kutub al-Ilmiyah.

Syarifuddin, A. (2009). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fikih Munakahat dan UU Perkawinan. Jakarta: Kencana.

Tata Wijayanta. (2014). “Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan Dalam Kaiatnnya Dengan Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga”,. Jurnal Dinamika Hukum, (14), 2,.

Taymiyyah, I. (1980-1328 H). Majmu Fatawa Ibn Taimiyyah. Rabat: al-Maktab al-Ta'lim.

Tri Aji Pamungkas. (2019). “Kepastian Hukum Penyelesian Perkara Perceraian Melalui Sidang Keliling Pengadilan Agama Argamakmur Dalam Yuridksi Kabupaten Mukomuko”, Bengkulu, : thesis, Program Pascasarjana Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu,.

Zakyyah, S. n. (2017). Yogyakarta: Program Studi Magister Hukum Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.

Zakyyah. (2017). Peran kursus pra nikah dalam mempersiapkan pasangan suami-istri menuju keluarga sakinah. Al-Ahwal: Jurnal Hukum Keluarga Islam, Vol. 10, No. 1, 88.

Downloads

Published

2024-12-29

How to Cite

Zakyyah, Z., & Ridwansyah, M. (2024). Disparitas Norma Nafkah Iddah dalam Kompilasi Hukum Islam: Perspektif Mashlahah Mursalah untuk Kepastian Hukum Pascaperceraian. Jurnal Mediasas: Media Ilmu Syari’ah Dan Ahwal Al-Syakhsiyyah, 7(2), 718–737. https://doi.org/10.58824/mediasas.v7i2.231