Idah Bagi Suami: Perspektif Qira’ah Mubadalah dan Filsafat Hukum
DOI:
https://doi.org/10.58824/mediasas.v7i2.207Keywords:
Iddah; Mubadalah; Etika hukumAbstract
A marriage that breaks up because of divorce or one of the couple passes away will cause legal consequences. One of the legal consequences is iddah or waiting period for wife after the husband leaves. The wife must refrain during the iddah period, one of which is not to get married as long as the iddah period has not been completed. And also for the husband is obliged to provide iddah and mut'ah maintenance to the divorced wife. However, husbands may enter into a post-divorce marriage without a waiting period. Of course this is not fair if iddah is borne only by women. Therefore, iddah needs to be read with the concept of mubilah which was coined by Faqihuddin Abdul Kodir and also ethics in legal philosophy. The research method used by the author is library research with a normative approach to syara' propositions. This research is descriptive-analytic in nature by using the theory of mubadalah and ethics in legal philosophy. This research concludes that the concept of iddah in the Qur’an must also be applied by men as legal subjects. Apart from being based on the mutuality and similarities between men and women, in essence, iddah also has wisdom as a period of self-reflection and introspection for men and women so as not to let go of the marriage bond. If iddah is due to one of them passing away, then there is dignity and ethics that must be maintained for the sake of the common good and prioritizing the values and ethics that apply in society rather than personal reason.
[Perkawinan yang putus akibat perceraian maupun salah satu pasangan meninggal dunia akan menimbulkan konsekuensi hukum. Salah satunya adalah iddah bagi istri pasca ditinggal suami. Istri harus menahan diri selama masa iddah salah satunya tidak menikah selama belum selesai masa iddah. Pun bagi suami memiliki kewajiban untuk memberi nafkah iddah dan mut’ah kepada istri yang dicerai. Namun, suami boleh melangsungkan perkawinan pasca bercerai tanpa adanya masa tunggu. Tentu hal ini tidak adil jika iddah hanya ditanggung perempuan saja. Oleh karena itu iddah perlu dibaca dengan konsep mubadalah yang dicetuskan oleh Faqihuddin Abdul Kodir dan juga etika dalam filsafat hukum. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian pustaka (library research) dengan pendekatan normatif terhadap dalil-dalil syara’. Penelitian ini bersifat deskriptif-analisis dengan menggunakan teori mubadalah dan etika dalam filsafat hukum. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa konsep iddah yang ada di dalam Al-Quran harus ditafsirkan berlaku juga bagi laki-laki sebagai subjek hukum. Selain mendasarkan pada adanya ketersalingan dan kesamaan antara laki-laki dan perempuan, hakikatnya iddah juga memiliki hikmah sebagai masa refleksi dan introspeksi diri bagi laki-laki dan perempuan agar tidak jadi melepaskan ikatan perkawinan. Apabila iddah karena salah satu meninggal dunia maka ada marwah dan etika yang harus dijaga demi kemashlahatan bersama dan mengedepankan nilai serta etika yang berlaku di masyarakat daripada kepentingan pribadi].
Downloads
References
Ahmad, Abu Bakar bin Husain bin Ali Al-Baihaqi. (1994). Sunan Al-Kubro. jilid 6. Bairut: Dar Al-Kutub Al-Ulumiyyah.
Al-Habsyi, Muhammad Baghir. (2002) Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, Assunnah, dan Pendapat Para Ulama. Bandung: Mizan.
Al-Jaziri, Abdurrahman. (2003) Kit?b al-Fiqh ‘ala Madzahibul Arba’. Libanon: Dar al Kutub al Ilmiyah.
Amin, M. Nur Kholis Al. (2016). Iddah Bagi Suami Karena Cerai Mati dalam Kajian Filsafat Hukum Islam. Mukaddimah: Jurnal Studi Islam, Vol. 1, No. 1
Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. (2017). Fiqh Munakahat Khitbah, Nikah, dan Talak. Jakarta: Amzah.
Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam
Erwin, Muhammad. (2019). Filsafat Hukum Refleksi Kritis terhadap Hukum dan Hukum Indonesia (dalam Dimensi Ide dan Aplikasi). Depok: Raja Grafindo Persada.
Firdausi, Fitriana. (2019) Kontekstualisasi Ayat-Ayat ‘Iddah, At-Tadabbur: Jurnal Kajian Sosial, Peradaban, dan Agama, Vol. 5, No. 1.
Firdaweri. (2018) Hak Waris Istri Dalam Masa Iddah Dan Relevansinya Dengan Pengembangan Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia. Asas 10, no. 1.
Hanafi, Muchlis M. (ed.). (2015). Asbabun Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu al Qur’an Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf al Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Hidayati, Nuzulia Febri. (2019). Konstruksi ‘Iddah dan Ihdad dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), Jurnal Misykat, IIQ Jakarta. Vol. 04, No. 1
Kamus Bahasa Arab Al-Mu’jam Al-Wasith. (2010). Kairo: Maktabah Asy-Syuruq Ad-Dauliyah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Khairul Muttakin, (2017). Tafsir Misoginis Ayat-Ayat Iddah: Analisis Sosiologis Ayat-Ayat Iddah Menurut Mufassir Dan Ahli Fiqh, Islamuna, Vol. 4 No. 1
Khairuddin, K. (2024). Iddah for Men: A Comparative Study of Wahbah Zuhaili and Faqihudin Abdul Kodir. Abdurrauf Journal of Islamic Studies (ARJIS), 3(1), 55-67.
Kodir, Faqihuddin Abdul. (2019) Qira’ah Mubadalah Tafsir Progresif untuk Keadilan Gender dalam Islam.Yogyakarta: IRCiSoD.
Kompilasi Hukum Islam
Koto, Alaiddin. (2013). Filsafat Hukum Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Manzhur, Ibnu. (2018). Diskursus ‘Iddah Berpersepktif Gender: Membaca Ulang ‘Iddah dengan Metode Dal?lah al-Na?? Wardah Nuroniyah). Jurnal Al-Manahij, Vol. XII No. 2.
Masyhuda, Ahmad Ali. (2020). Pengaplikasian Teori Double Movement Pada Hukum Iddah Untuk Laki-Laki, Hermeneutika, Jurnal Ilmu Hukum 4 no.1.
Margono. (2019). Asas Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Putusan Hakim. Jakarta: Sinar Grafika.
Musyafa’ah, Nur Lailatul. (2018). “Interpretasi Ayat Iddah bagi Wanita Menopause, Amenorea, dan Hamil dengan Pendekatan Medis”. Al-Daulah: Jurnal Hukum dan Perundangan Islam, Vol. 8, No. 1.
Normuslim, Muslimah and Laksono, H. (2020). Cara Mudah Membuat Proposal Penelitian. IAIN Palangka Raya: Narasi Nara.
Nugroho, Sigit Sapto, Anik Tri Haryani, dan Farkhani. (2021). Metodologi Riset. Sukoharjo: Oase PutakAa.
Nurnazli. (2017). Relevansi Penerapan ‘Iddah di Era Teknologi Modern. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, vol. 10 No. 1.
Rahardjo, Satjipto. (2006). Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Saeed, Abdullah. (2016). Paradigma, Prinsip dan Metode Penafsiran Kontekstualis atas al Qur’an, terj. Lien Iffah Naf’atu Fina dan Ari Hendri. Yogyakarta: Baitul Hikmah Press.
Soekanto, Soerjono. (2013). Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumarni, Rita, Maryani, dan Novi Ayu Safitri, (2022). Analisis Materi Konsep Syibhul Iddah Pada Laki-laki menurut Wahbah Zuhaili, Attractive: Innovative Education Journal Vol. 4 No. 1.
Tim Pembukuan ANFA’ 15. (2017). Taisir Fathul Qarib. Kediri: ANFA’ Press.
UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974
Wahyudi, Muhammad Isna. (2009). Fiqh ‘Iddah Klasik dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Yusuf, Ali. (2012). Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga Dalam Islam. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Soraya Al Latifa, Husnul Khatimah, Raisa Rahim

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.