Implikasi Kriteria Imkanur Rukyat Mabims Baru Terhadap Penyatuan Awal Bulan Kamariah Di Indonesia
DOI:
https://doi.org/10.58824/mediasas.v7i2.197Keywords:
Implikasi, MABIMS Baru, Awal Bulan KamariahAbstract
The implementation of the new MABIMS criteria in 2022 stipulates that the new crescent moon can be considered visible if it has a height of at least 3 degrees and an elongation angle of at least 6.4 degrees. The change in criteria for the height of the crescent moon further distances the unification between the Government and Muhammadiyah. This research aims to analyze the implementation and impact of the implementation of the new MABIMS criteria on the unification of determining the beginning of the lunar month in Indonesia. The research uses reckoning analysis data to determine the start of Ramadan, Shawwal and Zulhijah in 1443 – 1452H. This type of research is field research. This research uses a qualitative approach. he research uses reckoning analysis data to determine the start of Ramadan, Shawwal and Zulhijah in 1443 – 1452H. This type of research is field research. This research uses a qualitative approach. The research results show that the reason for changing the MABIMS criteria was driven by astronomical considerations, namely that the shape of the crescent moon produced by the old criteria was too thin and easily obscured by twilight light. Then, the implementation of the new MABIMS criteria resulted in a greater difference in the criteria for crescent height, namely 0 to less than 3 degrees. Data on calculating the height of the hilal from 1443 AH - 1452 AH shows that there were 13 times the height of the hilal which did not meet the criteria for the new Imkanur Rukyat MABIMS but met the criteria for the shape of the hilal.
[Penerapan kriteria MABIMS yang baru pada tahun 2022 menetapkan bahwa hilal baru dapat dianggap terlihat jika memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan sudut elongasi minimal 6,4 derajat. Perubahan kriteria tinggi hilal justru semakin menjauhkan adanya penyatuan antara Pemerintah dengan Muhammadiyah. Penelitian ini bertujuan menganalisis implementasi dan dampak implementasi kriteria MABIMS baru terhadap penyatuan penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia. Penelitian menggunakan data analisis hisab penentuan awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah tahun 1443 – 1452H. Jenis penelitian ini adalah field research. Penelitian ini yang menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan perubahan kriteria MABIMS didorong oleh pertimbangan astronomis, yaitu bentuk hilal yang dihasilkan oleh kriteria lama terlalu tipis dan mudah terhalang oleh cahaya senja. Kemudian, implementasi kriteria MABIMS baru mengakibatkan selisih kriteria tinggi hilal lebih besar yakni 0 hingga kurang 3 derajat. Data hisab tinggi hilal dari tahun 1443 H- 1452 H menunjukkan bahwa terdapat 13 kali tinggi hilal yang tidak memenuhi kriteria Imkanur Rukyat MABIMS baru namun memenuhi kriteria wujudul hilal].
Downloads
References
Ahmad Fauzan, A. K. Z. (2023). Penetapan Awal Bulan Hijriyah Dan Integrasinya Dengan Perhitungan Matematika. Jurnal Religion: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya P-ISSN?: 2962-66560 , E-ISSN?: 2963-7139, 1, 107–130.
Anam, S. (n.d.). Implikasi Imkanurrukyat?: Tertolaknya Hasil Rukyat. Syariah Uinsaid. Retrieved February 16, 2023, from https://syariah.uinsaid.ac.id/wp-content/uploads/2022/03/Imkan-Rukyat.pdf
Azmi, M. F. (2021). Menelisik Akurasi Hisab Gerhana Matahari dalam Kitab Al-Durru Al-An?q. Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam Dan Ilmu-Ilmu Berkaitan, 7(1), 50–65. https://doi.org/10.30596/jam.v7i1.5900
Azwar, S. (2011). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar.
Djamaluddin, T. (2010). Kriteria Ikmanurrukyah Khas Indonesia?: Titik Temu Penyatuan Hari Raya dan Awal Ramadhan. Tdjamaluddin.Com. https://tdjamaluddin.wordpress.com/2010/06/22/kriteria-imkanur-rukyat-khas-indonesia-titik-temu-penyatuan-hari-raya-dan-awal-ramadhan/
Djamaluddin, T. (2016). Naskah Akademik Usulan Kriteria Astronomis Penentuan Awal Bulan Kamariah. Tdjamaluddin.Com. https://tdjamaluddin.wordpress.com/2016/04/19/naskah-akademik-usulan-kriteria-astronomis-penentuan-awal-bulan-hijriyah/
Djamaluddin, T. (2022). Bismillah Indonesia Menerapkan Kriteria Baru Mabims. Tdjamaluddin.Com. https://tdjamaluddin.wordpress.com/2022/02/23/bismillah-indonesia-menerapkan-kriteria-baru-mabims/
Hariyono, & Nursodik. (2021). Problematika Penerapan Neo MABIMS dalam Penentuan Awal Bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah 1443 H di Indonesia. Al-Fatih: Jurnal Pendidikan Dan Keislaman, IV(2), 358–373. http://jurnal.stit-al-ittihadiyahlabura.ac.id/index.php/alfatih/article/view/190%0Ahttp://jurnal.stit-al-ittihadiyahlabura.ac.id/index.php/alfatih/article/download/190/169
Hidayat, E., Ilmu, P., Uin, F., & Semarang, W. (2019). Sejarah perkembangan hisab dan rukyat. El-Falaky, 3, 56–70.
Iman, B., Sekolah, R., & Islam, T. A. (2016). Penetapan Awal Bulan Qamariyah Perspektif Fiqh. Hukum Diktum, 14, 1–28.
Indriantoro, N. dan B. S. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis (Untuk Akuntansi & Manajemen),. BPEE-Yogyakarta.
Izzun, I., Fitriyani, F., Firdos, F., & Baehaqi, B. (2024). Sosialisasi Metode Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah di Indonesia (Kecamatan Ngadirojo, Kab. Wonogiri). Altifani?: Jurnal Pengabdian Masyarakat Ushuluddin, Adab, Dan Dakwah, 3(2), 137–143. https://doi.org/10.32939/altifani.v3i2.2869
Khazin, M. (2004). Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Penerbit Buana.
Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (2009). Pedoman Hisab Muhammadiyah.
Maratus, N. (2022). Implementasi NEO Visibilitas Hilal MABIMS di Indonesia. Ahkam, 10, 248.
Meeus, J. (1998). Astronomical Algorithm. Wilman Bell.
Mubarok, Muhammad, Y. A. (2023). Penolakan Isbat Syawal di Jepara dan Cakung Tahun 1432 H Perspektif Hukumah dan Astronomi. Astroislamica: Journal of Islamic Astronomy, 2(1), 47–75. https://doi.org/10.47766/astroislamica.v2i1.1250
Muhammadiyah. (2022). Catatan Kritis untuk Kriteria Imkan Rukyat yang Baru dari Mabims. Muhammadiyah. https://muhammadiyah.or.id/2022/05/catatan-kritis-untuk-kriteria-imkan-rukyat-yang-baru-dari-mabims/.
Ruskanda, Farid S, dkk. (1994). Rukyat dengan Teknologi. Gema Insani Press.
Sado, A. B. (2014). Imkan Al-Rukyat Mabims Solusi Penyeragaman Kalender Hijriyah. Istinbath Jurnal Hukum Islam, 13(1), 22–36.
Sari, A. (2022). Perspektif Tokoh Ilmu Falak Indonesia terhadap Kriteria Baru Imkanur Rukyat MABIMS dalam Penetapan Awal Bulan Hijriyah di Indonesia [Universitas Islam Negeri Walisongo]. https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19268/1/1702046032_Arum Nur Fadlilah Sari_Lengkap Tugas Akhir - Arum Nur Fadlilah Sari.pdf
Suhanah. (2012). Dampak Sosial Perbedaan Pendapat dalam Penentuan Awal Ramadhan dan 1 Syawal Terhadap Umat Islam di Kota Semarang. Multikultural Dan Multireligius, 11(2), 160.
Waliawati, & Ni’am, M. I. (2022). Konvergensi Rukyat Tarbi ’ dan Badr dengan Kriteria Imkanur Rukyat Neo MABIMS ( Praktek Penentuan Awal Bulan Kamariah di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Garut ). AL-Afaq: Jurnal Ilmu Falak Dan Astronomi, 4(2), 237–253. https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/afaq/article/download/5351/2240
Wardani, R. (2018). Studi Komparatif Kitab Al-Durru Al-Anîq Dengan Astronomical Algorithm Jean Meeus Dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah. Universitas Islam Negeri Walisongo.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Fitriyani Fitriyani, Isfihani Isfihani, Astrie Octasari

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.