Tamkin Sempurna as a Condition for Exemption from Obligations Husband to Wife
DOI:
https://doi.org/10.58824/mediasas.v6i2.146Keywords:
livelihood; liberation; Perfect Tamkin.Abstract
In Indonesia, the rights and obligations of husband and wife are regulated in Law No.1 of 1974 concerning Marriage and the Compilation of Islamic Law (KHI), but in KHI Article 80 paragraph 5, states that the husband's obligations towards his wife as mentioned in paragraph (4) letters a and b above come into effect after the perfect tamkin of his wife. This statement states that before the perfect tamkin the obligation to provide for a husband can be waived. This study aims to explore the exemption of the husband's obligation to his wife in the presence of Perfect Tamkin. The type of research used is normative research with a normative juridical approach. The results of the discussion of Imam Ash-Shafi'i provide exemption from the obligation of a husband to his wife required in the Perfect Tamkin in two circumstances, namely, the first situation when a man marries a woman who is still small (not yet baligh) / not yet worthy of intercourse. Secondly, the exemption of the obligation to provide maintenance by the husband towards the wife also applies when a wife refuses to be intimate, without reasons such as illness or menstruation, then the husband is exempted from the obligation to provide maintenance until the wife is willing to be intimate again. That way in these two circumstances, according to the view of Imam Asy-Shafi'i, the husband can be relieved of the obligation to provide maintenance for a wife, this is in accordance with Article 80 paragraph (5) KHI.
[Di Indonesia hak dan kewajiban suami istri diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), namun dalam KHI Pasal 80 ayat 5, menyatakan bahwa Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa sebelum adanya tamkin sempurna kewajiban menfakahi bagi seorang suami dapat dibebaskan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali tentang pembebasan kewajiban suami terhadap istri dengan adanya Tamkin Sempurna. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif dengan pendekatan yuridis normatif. Hasil Pembahasan Imam Asy-Syafi’i memberikan pembebasan kewajiban seorang suami terhadap istri disyaratkan pada Tamkin Sempurna dalam dua keadaan yaitu, pertama keadaan ketika seorang laki-laki menikahi seorang perempuan masih kecil (belum baligh)/belum layak digauli. Kedua pembebasan kewajiban membarikan nafkah oleh suami terhadap istri juga berlaku ketika seorang istri yang menolak untuk digauli, tanpa alasan seperti sakit atau sedang haid, maka suami dibebaskan dari kewajiban memberikan nafkah sampai seorang istri mau untuk digauli kembali. Dengan begitu dalam dua keadaan ini menurut pandangan Imam Asy-Syafi’i suami dapat dibebeskan dari kewajiban memberikan nafkah terhadap seorang istri hal ini sesuai dengan Pasal 80 ayat (5) KHI.]
Downloads
References
Abidin, S. (1999). Fiqih Munakahat (1st ed.). CV Pustaka Setia.
Adan, H. Y., & Tokimin, M. F. Bin. (2018). Keputusan Mahkamah Rendah Syariah Kuantan Pahang Tentang Tunggakan Nafkah Pasca Perceraian Menurut Hukum Positif Malaysia Dan Hukum Islam. MEDIA SYARI’AH: Wahana Kajian Hukum Islam Dan Pranata Sosial, Vol.2(No.2). https://doi.org/10.22373/jms.v20i2.6516
Al-Malibariy, S. Z. bin A. A. (1979). Fathul mu’in penerjemah oleh H. Aliy As’ad. Menara Kudus.
Alimi, R., & Nurwati, N. (2021). Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Perempuan. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (JPPM), 2(2), 211. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.34543
Ar-Rastaqi, M. S. S. A. (2016). Perbandingan Pendapat Lama Dan Pendapat Baru Imam Syafi’i. Pustaka Azzam.
Asy-Sya’rawi, S. M. (2005). Fiqh al-Mar’ah al-Muslimah. Fikih perempuan (muslimah)?: busana dan perhiasan, penghormatan atas perempuan, sampai wanita karier.penerjemah, Yessi HM. Amzah.
Asy-Syafi’i, A. A. M. bin I. (2014). Al-Umm. Pustaka Azzam.
Bastiar. (2018). 872-Article Text-2107-1-10-20190320.pdf. Jurnal ILmu Syariah, Perundang-Undangan, Dan Hukum Ekonomi Syariah. https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/jurisprudensi/article/view/872/600
Ghazaly, A. R. (2006). Fiqh munakahat. Kecana Prenada Media Group.
Hasan, M. A. (2006). Pedoman hidup berumah tangga dalam Islam.
Hermanto, A., Meriyati, Wahyu, A., & Setianto, E. (2021). REINTEPRETASI TERHADAP KONSEP NAFKAH SUAMI KEPADA ISTRI KARIR. Tawazun: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 1(No. 1). http://e-jurnal.staiattanwir.ac.id/index.php/jes/article/view/68
Hudaya, H. (2013). Hadits-Hadits Tentang Penafsiran Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Tafsir At-Tabhari (Studi Kualitas dan Relevansi Kandungannya). UIN Sultan Alaudin Makasar.
Karimuddin, Abbas, S., Sarong, A. H., & Afriza, A. (2021). Standardisasi Nafkah Istri: Studi Perbandingan Mazhab Maliki dan Mazhab Syafi’i. MEDIA SYARI’AH: Wahana Kajian Hukum Islam Dan Pranata Sosial, Vol.23(No.1). https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/medsyar/article/view/8655
Kisyik, A. H. (1996). Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah. Al- Bayan.
Kompilasi Hukum Islam. (2020). Cv. Nuansa Aulia.
Marhumah. (2014). Perempuan Indonesia dalam Memahami hak dan Kewaiban Dalam Keluarga. Jurnal Musawa: Studi Gender Dan Islam. https://www.researchgate.net/publication/371611094_Pemenuhan_Atas_Hak_Seorang_Istri_Pasca_Perceraian_Studi_Kasus_Putusan_Nomor_1866PDTG2022PAPT
Muhyiddin. (2020). TINJAUAN KONSEP NAFKAH DI ERA DIGITAL DALAM PERSPEKTIF IMAM SYAFI‘I. ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol.7(No.1). https://ejournal.unisnu.ac.id/JSHI/article/view/2576/0
Munawwir, A. W. (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. Pustaka Progresif.
Muzammil, I. (2019). Fiqh munakahat?: hukum pernikahan dalam islam. Tira Smart.
Nelli, J. (2017). Analisis Tentang Kewajiban Nafkah Keluarga Dalam Pemberlakuan Hatra Bersama. Al Istinbath Jurnal Hukum Islam, vol 2, no. http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/alistinbath/article/view/195
Sayyid, Q., Yasin, A., Basyarahil, A. A. S., & Hamzah, M. (2000). Tafsir fi zhilalil Qur’an?: di bawah naungan Al-Qur’an. Gema Insani Press.
Subaidi. (2014). KONSEP NAFKAH MENURUT HUKUM PERKAWINAN ISLAM. ISTI’DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol.1(No.2). https://ejournal.unisnu.ac.id/JSHI/article/view/325
Syamsul Bahri. (2015). KONSEP NAFKAH DALAM ISLAM. CONJUGAL NEED CONCEPT IN ISLAMIC LAW. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 7, no 2. https://jurnal.usk.ac.id/kanun/article/view/6069/0
Syarifuddin, A. (2006). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Kecana Prenada Media Group.
Tihami, & Sahrani, S. (2018). Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap (1st ed.). Rajawali Pers.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. (n.d.).
Velawati, Budiono, siska hadi, Racmad, A., & Sulistyarni, R. (n.d.). Nafkah Madliyah dalam Perkara Perceraian. Retrieved April 1, 2023, from https://media.neliti.com/media/publications/35554-ID-nafkah-madliyah-dalam-perkara-perceraian.pdf
Yanti, E. R., & Zahara, R. (2022). Hak Dan Kewajiban Suami Istri Dan Kaitan Dengan Nusyuz Dan Dayyuz Dalam Nash. Takammul: Jurnal Studi Gender Dan Islam Serta Perlindungan Anak, 9(1), 1–22. https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/takamul/article/view/12562/6505
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Husnul Khatimah, Raisa Rahim, Muhammad Irfan AD, Soraya Al Latifa, Aqila Shafia

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.